Beranda | Artikel
Kekuasaan Allah
Kamis, 23 September 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Kekuasaan Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Ayat-Ayat Ahkam. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Kamis, 17 Muharram 1443 H / 26 Agustus 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Kekuasaan Allah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau memberikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. Ali-Imran[3]: 27)

Menit ke-22:25 Di antara faidah dari ayat yang mulia ini adalah:

Pertama, maha mampunya Allah dan kekuasaan Allah. Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkan yang malam kepada yang siang dan yang siang kepada yang malam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa memanjangkan waktu malam dan mengurangi waktu siang. Dan bisa mengurangi waktu malam dan menambah waktu siang. Tidak ada yang sanggup menambah malam satu jam, menambah siang satu jam, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kalau seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini berkumpul untuk menambah satu jam dari apa yang disebut tadi, maka tidak akan pernah sanggup.

Kedua, di sini ada penetapan tentang hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena memasukkan malam ke siang dan siang ke malam ada hikmah yang sangat besar untuk kemaslahatan makhlukNya.

Perbedaan musim dalam satu tahun berpengaruh kedalam tubuh, jasad dan tumbuh-tumbuhan. Di antara tumbuh-tumbuhan ada yang muncul di musim dingin dan ada yang muncul di musim panas.

Ketiga, dengan perubahan musim ini manusia mengetahui tentang kelemahan, kefakiran dan butuhnya dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita semua butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau datang musim dingin, dia mencari sesuatu yang bisa menghangatkannya. Kalau datang musim panas dia mencari sesuatu yang bisa mendinginkannya. Dia membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam dua kondisi ini.

Inilah di antara faidah berubahnya panas dan dingin dari perubahan siang dan malam.

Keempat, disana ada sesuatu yang bisa mengganggu dan menyakiti manusia. Hal ini disebut dalam ilmu kedokteran dengan bakteri. Ada di antara jenis-jenis bakteri yang tidak bisa mati kecuali dalam cuaca yang sangat dingin, yang lainnya tidak bisa mati kecuali dalam cuaca yang sangat panas. Ini sesuatu yang dapat kita saksikan.

Ini juga hikmahnya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang muncul dari Allah memasukkan malam ke siang dan siang ke malam.

Kelima, memasukkan malam ke siang dan siang ke malam (memanjangkan waktu siang/malam) menunjukkan tentang kesempurnaan dari Maha Mampunya Allah. Karena tidak ada satupun dari makhlukNya yang sanggup menambah satu jam saja di malam atau siang hari. Akan tetapi Allah yang mampu melakukan hal tersebut.

Keenam, menunjukkan kesempurnaan tentang qudrah Allah, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mampu untuk mengeluarkan yang hidup dari yang mati, yang mati dari yang hidup.

Ketujuh, rezeki itu ditangan Allah. Allah berfirman: “Dan Engkau memberikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki…” Hendaknya orang yang berakal (apalagi orang yang beriman) jangan meminta atau mencari rezeki dari tangan manusia. Tetapi carilah dan mintalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang memberi rezeki hakekatnya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itu datang nash-nash tentang menjaga kehormatan diri, tidak minta-minta, tidak melihat-lihat apa yang ada pada tangan manusia, zuhud dari apa yang ada pada tangan manusia.

Di antara isi dari baiat sahabat kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah mereka tidak meminta-minta kepada manusia. Bahkan sampai salah satu dari pecut mereka yang jatuh dari tangannya dan dia berada diatas untanya, maka dia turun ke tanah untuk mengambilnya, dia tidak berkata kepada yang lain: “Ambilkan untukku.” Hal ini karena para sahabat telah membaiat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk tidak meminta-minta kepada manusia.

Ini tidak diragukan lagi menjadikan manusia kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, minta dan berdoa hanya kepada Allah. Akan tetapi boleh bagi seseorang hukumnya untuk meminta sesuatu yang mubah diminta. Tetapi kesempurnaan dari iffah (menjaga kehormatan diri) adalah tidak minta apapun kepada manusia dan menjadikan perkaranya diserahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kedelapan, pemberian Allah itu tanpa pengganti. Allah memberi tanpa hitung-hitungan.

Kesembilan, ayat ini menetapkan tentang sifat masyi’ah bagi Allah ‘Azza wa Jalla.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50740-kekuasaan-allah/